Semarang, 19 Maret 2025 – Peringatan Nuzulul Qur'an Ponpes An-Najma 2025 Bersama KH. Nastain
Selasa, 18 Maret 2025, pukul 20.30 WIB, Aula Kyai Khamson Dahlan dipenuhi oleh santri dan jamaah yang datang dengan penuh antusias untuk menghadiri Pengajian Peringatan Nuzulul Qur’an. Acara ini menghadirkan KH. Nastain, Rois Syuriah MWC NU Gunungpati, Semarang, sebagai pembicara utama. Dengan mengusung tema "Menjadikan Generasi Z yang Cinta Al-Qur’an Melalui Nuzulul Qur’an," acara ini menjadi momentum refleksi bagi santri sebagai generasi muda dalam memahami dan mengamalkan Al-Qur’an di era modern.
Suasana khidmat terasa sejak awal acara. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an, ketua panitia Mar'a 2025 memberikan sambutan singkat, mengajak seluruh hadirin untuk menjadikan peringatan Nuzulul Qur’an sebagai titik awal untuk lebih dekat dengan kitab suci. Semangat dan harapan itu kemudian diperkuat oleh KH. Nastain dalam mauidhahnya yang tidak hanya berisi nasihat tetapi juga diwarnai dengan diskusi interaktif bersama para santri.
Dalam mauidhahnya, KH. Nastain mengajak para santri untuk merenungkan apakah ilmu yang mereka pelajari selama ini benar-benar membawa manfaat atau justru hanya menjadi hafalan tanpa makna. Beliau menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat memiliki tiga ciri utama. Pertama, ilmu itu harus menambah rasa takut kepada Allah. Semakin seseorang memahami ilmu agama, semakin ia sadar akan kebesaran-Nya dan semakin berhati-hati dalam bertindak. Beliau mengingatkan bahwa ilmu tanpa ketakwaan hanya akan membuat seseorang menjadi sombong dan jauh dari Allah. Mengutip firman-Nya dalam Surah Fathir ayat 28, beliau menegaskan bahwa hanya orang-orang berilmu yang benar-benar takut kepada Allah.
Selanjutnya, KH. Nastain menekankan bahwa ilmu harus diamalkan. Ilmu yang tidak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah. Santri diajak untuk merenungkan, seberapa banyak ilmu yang mereka dapatkan selama ini benar-benar mereka praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Beliau mencontohkan bagaimana seseorang bisa menghafal banyak ayat tentang keutamaan shalat, tetapi jika ia sendiri masih sering meninggalkannya, maka ilmunya belum memberikan manfaat. Begitu pula dalam kehidupan sosial, seseorang yang paham tentang pentingnya jujur tetapi masih suka berbohong, berarti ia belum mengamalkan ilmunya dengan baik.
KH. Nastain juga mengingatkan bahwa ilmu yang bermanfaat akan membentuk akhlak yang baik. Beliau menegaskan bahwa orang yang berilmu tetapi tidak memiliki akhlak, justru bisa menjadi sumber kerusakan. Para santri diajak untuk meneladani Rasulullah ﷺ yang bukan hanya seorang yang berilmu, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia. Akhlak yang baik harus tercermin dalam tutur kata, sikap, dan perlakuan terhadap orang lain. Menghormati guru, berkata lembut kepada orang tua, serta menjaga kesopanan dalam pergaulan adalah bagian dari bukti bahwa ilmu yang dimiliki benar-benar memberikan manfaat.
Acara ditutup dengan doa bersama, memohon keberkahan agar ilmu yang diperoleh dapat membawa manfaat dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Para santri dan jamaah yang hadir merasa mendapat banyak pelajaran berharga dari pengajian ini. Peringatan Nuzulul Qur’an bukan sekadar mengenang turunnya Al-Qur’an, tetapi juga menjadi pengingat bahwa generasi Z memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan modern. Semoga semangat mencintai Al-Qur’an semakin tumbuh di hati setiap insan yang hadir.
Dokumentasi Acara:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar